Hari jum’at besok saya pulang ke Jakarta. Ibunda sakit. Teman-teman menyarankan demikian. Juga kawan bloggers lewat komentar di postingan sebelum ini. Tak perlulah saya sebut satu per satu.
Terimakasih dari lubuk terdalam untuk sarannya. Terlebih untuk doa-doanya dan tawaran bantuan dari mas tukangkomentar. Tidak ada yang lebih penting daripada merawat ibunda yang sakit, kata Roby. Yang lain itu “out of question”.
Tetapi apakah artinya “pulang”?
Bahasa Inggris menerjemahkan “pulang” dengan dua kata “(to) go home”. Artinya, dalam satu sapuan makna, pulang berarti sebuah perjalanan, bukan sembarang perjalanan. Pulang itu sebuah perjalanan bertujuan jelas: menuju rumah. Sebegitu jelasnya tujuan, sampai orang seringkali lupa bahwa “pulang” tetaplah sebuah perjalanan.
Seorang Martin Buber, pernah mengatakan “All journeys have secret destinations of which the traveler is unaware”. Semua perjalanan punya tujuan-tujuan rahasia, yang tidak disadari si peziarah.
Berapa persen sih dari rencana-rencana bagus, yang dibuat sebelum perjalanan, yang berhasil kita capai? Apakah semua capaian-capaian kita sekarang, adalah wujud dari impian-impian kita? Kebanyakan mungkin tidak. Maka, kendati pulang adalah sebuah perjalanan yang punya tujuan amat jelas – yakni rumah – ia tetap menyimpan misteri.
Pulang kali ini pun bukan sebuah rencana. Tak tahu apa yang sedang akan terjadi, tak tahu apa yang akan ditemui. Pulang kali ini, membuat sekian rencana, schedule, menjadi berantakan. Bagaimana harus memaknainya?
The world is not comprehensible, but it is embraceable: through the embracing of one of its beings, kata Martin Buber lagi.
Saya maknai secara bebas: Dunia kita ini tak terpahami. Derita dan kesusahan yang datang menyimpan misteri. Kita tak harus memaknai secara bipolar, yakni sebagai lawan dari senang atau bahagia, lalu berarti yang buruk dan tak menyenangkan. Kendati tak terpahami, dunia dan derita dapat kita peluk: memeluknya sebagaimana adanya.
Hmm, “embraceable?” ( dapat dipeluk). Kata ini lebih kaya dari pada “menerima” apalagi dengan “nrimo”. Bandingkanlah antara “menerima derita” dan “memeluk derita”. Antara “menerima keterbatasan logika” dan “memeluk keterbatasan logika”.
Memeluk derita, itu berkali-kali lipat mengatasi derita, tanpa harus mengertinya lebih dulu.
Pulang adalah sebuah perjalanan, dan setiap perjalanan mengandung misteri. Mencoba memeluk misteri perjalanan ini, memberi pelajaran berharga buat saya. Saya tidak harus mengerti semuanya, tetapi cukuplah untuk menikmati detik-detik perjalanan Groningen – Jakarta, esok. Bukan tujuan perjalanan yang utama, perjalanan itu sendiri menjanjikan keasyikkannya.
Saya ingin mengucapkan terimakasih, selama ini sudah membaca serpihan-serpihan tulisan saya. Terutama lewat komentar-komentar bernas yang memaksa saya dan banyak teman lain berpikir. Banyak PR komentar belum terjawab, tetapi juga memang tidak harus terjawab. It is not comprehensible, but embraceable. Kita menghidupinya saja.
Kendati begitu, komentar-komentar atas postingan berjudul “Memperkosa anak setan” buat saya menjadi PR menarik. Catatan kritis dari kawan-kawan, tetapi juga dukungan gagasan dari Shinta, membuka ruang diskusi berharga tentang cara memaknai realitas entah unipolar atau bipolar.
Sambil pamit untuk beberapa waktu tidak menulis di blog ini, terimakasih saya ingin saya ungkapkan lewat sebuah kutipan. Lagi tentang perjalanan: “A journey is best measured in friends rather than miles” (Tim Cahill).
And I knew, being with you is the best gift of which I have ever been granted in my journey. Bedank!
Kang Adhi
Semoga Ibu Kang Adhi cepat sembuh ….semoga sudut pandang tetap berlanjut
Smoga Ibunda nya kang Adhi cepet sembuh..=)
tetep ngeblog dari Indo!.. semoga cepet sembuh untuk ibunda kang adhi..
Semoga Ibunda-nya cepat sehat ya, Kang. Do’a kami bersamamu.
Kang… kehadiran adalah lebihdari sekedar obat
Saatnya menunjukkan bhakti dan cinta kita pada orang yang pernah melahirkan kita, orang yang telah merelakan perjalanan hidupnya diganti dengan perjalanan hidup kita, orang yang tanpa pamrih apapun walaupun kita sudah tidak peduli.
Saatnya memperlihatkan bahwa kita adalah manusia yang mempunyai ahlak dan iman. Bukan hanya sekedar memiliki otak cerdas, bukan hanya mempunyai segelimang harta, bukan hanya sudah tumbuh dewasa. Tapi manusia yang mensyukuri telah hadir didunia karena dia, yang telah melahirkan kita.
Apapun. Umur ditangan Allah. Tapi kita telah tunjukan kepada orang yang memang pantas untuk kita berikan cinta. Kepada oarng yang memang seharusnya kita peluk. Apakah nantinya perjalanan pulang menjadi sia-sia atau tanpa makna apapun, tapi kita telah tumbuh menjadi orang yang tahu berterima kasih.
Hati-hati dijalan Bang Adhi, semoga masih sempat ketemu ibu. Semoga ibu diberi panjang umur. Semoga semua baik2 saja. Semoga kita semua selalu dilindungi-Nya. Salam kenal dari saya. Saya sering mengintip blog Bang Adhi. Baru kali ini beri komentar. Karena jiwa saya mesti berkata.
Semoga Ibu Pak Adhi cepat sembuh,
apalagi kalo Pak Adhi pulang
Salam untuk keluarga di Indo.
TTDJ = hati2 di jalan
Sebuah pilhan yang tepat…. dan yang tepat itu tidak selalu rasional…
Kata “pulang” itu sesuatu yang indah. Jadi ingat lagu-nya Kenny G, “Going Home”…..
All the best, Kang!
Hati-hati.
Selamat “pulang” dan bertemu dengan Ibunda serta sanak keluarga.
Semoga Ibunda kang Adhi, cepat sembuh.
Gak apa absen nulis sementara.
Kami (terutama saya) tetap merindukan tulisan Kang Adhi.
Jam berapa di Schipolnya Kang?
Ada yang bisa dibantu?
Terimakasih teman-teman.
@ arif: pswt jam 12, jam 9an mudah-mudah sudah sampai schip. sejauh ini semua persiapan sudah beres kok.
Semoga selamat sampai tujuan…
Hmm, pulang… Aku jadi kangen kata-kata itu. Maklum, cuma berpengalaman jadi perantau dua tahun, itupun hanya antar kota antar propinsi. Tapi pengalaman pulang kampung, sungguh sesuatu hal yang luar biasa, terlebih manakala aku pulang khusus untuk ibuku.
Sugeng tindak Kang Adhi, semoga Allah memberkati perjalananmu, dan semoga rahmatNya atas ibunda dan keluarga tercinta
selamat datang, semoga kedatangan kang Adhi bikin bunda makin segar
hal yang paling berharga adalah detik yang telah berlalu…
semoga kang adhi tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunda kepulangan ke indo,
moga2 ibunya kang adhi diberikan oleh Tuhan kesembuhan…
di jakarta moga2 tetep bisa ngenet…so tetep ngeblog…
Amieeeen
sekian lama….
blom update kabar ibunya…di RS gak ada hotspot kah?? 😛
cari starbuck terdekat… 😀
semoga lekas sembuh ibu sampeyan..
assaalamualaikum wr. wbr.
salam kenal
Nama saya Hania Kasim, saat ini sedang melakukan penelitian mengenai Islam dan perkembangan Islam di dunia Maya. Terdapat beberapapoint yang dikembangkan dari penelitian saya ini.
Yaitu:
1. Masalah Umat dan Dakwah serta Peran sertanya di dunia Maya 2. Perkembangan Blogs Islam
3. Perkembangan Situs Islam
4. Permasalahan antara umat di dunia maya (maksudnya disini Problematika Dakwah seperti PKS, HTI, SALAFY, JT, MUHAMMADIYAH, NU, dll)
Untuk itu saya mohon bantuan semua pihak untuk dapat saling mendiskusikannya.
Dan saya harap teman-teman mau merequest untuk menjadi kontributor dan moderator pada blogs tersebut. Nama Blogs Tersebut adalah http://risetduniaislam.wordpress.com
Mohon teman-teman mengirimkan email ke hania_mail@yahoo.com
was
Hania Kasim
pulang…tiada kata yang lebih indah dari itu..
Cepetan nulis lagi Kang, aku kangen tulisan sampean…
Semoga Lekas sembuh. doa adalah alternatif terbaik sesudah obat.. kita hanya bisa kirim doa dan hanya doa yang terbaik untuknya.
cepet sembuh yak ibunya kang adhie biar nulis blog lagi ^_^
Semoga selamat deh sampai tujuan,
jangan sampe malah anda yang lebih duluan pulang…. 🙂
Amin.
ya klo bisa dengan rinciannya donks…….!!!!!!!